Teman sejati dikala menulis.

Teman sejati dikala menulis.
#coffe #cappucino

Minggu, 13 April 2014

Lukisan Langkah Dalam Pencarian




Dalam angan yang terus melayang

Imajinasi yang menjejali alam pikiran

Serta

Penantian yang seolah tak berujung

Dan

Dalam hembusan nafas yang tersisa



      Ku lanjutkan...

      Ku lanjutkan pencarian...

      Tentang arti sebuah kehidupan...

      Dan terus Ku ukir jejak ini...              

      Didalam rimbun dan sesaknya aktivitas dunia...

 



                                                                  12 April 2014
                                                                      
                                                                     danzjane


Senin, 07 April 2014

Sayangnya, bagi sebagian orang etika itu lebih berharga dari materi...

Sabtu, 5 April 2014.

          Matahari belum genap satu jam menampakkan sinarnya dan disaat yang sama, sepeda onthelku yang butut dan telah berumur itu terparkir rapi dihalaman depan rumah. Jaket dan taspun telah menempel menyatu dengan tubuh mungil ini, doa keselamatan dari Ibu pun melantun dengan manisnya mengiringi kepergianku.

          Aku menoleh melihat jam dinding, pukul 06.00 tepat. Sudah saatnya Aku berangkat untuk praktek kerja industri hari itu, sepeda onthelku genjot menyusuri jalan pedesaan yang kadang tidak rata hingga sampailah Aku di jalan Jogja-Solo. Jarak tempuh dari rumah sampai ke tempat untuk praktek kerja industriku cukup jauh sekitar 25KM cukup meneteskan keringat jika ditempuh dengan onthel bututku, beruntung semangatku lebih kuat daripada rasa lelah yang kurasakan.

           Barisan truk dan bus menyambut kedatanganku dijalan Jogja-Solo, suara deru dan klakson dari truk dan bus itu seolah menjadi melodi yang wajibku dengar setiap pagi. 45 menit menempuh perjalanan sampailah kini Aku dirumah temanku Dyki namanya, langsung saja sepedaku titipkan dirumahnya dan Aku membonceng Dyki. Aku selalu melakukan hal ini agar tidak terlalu capek ketika nanti sampai di tempat PRAKERIN, suara honda grand miliki Dyki terdengar khas di telingaKu seolah merayuku agar segera berangkat dan setelah Aku berpamitan dengan Ibunya Kami pun berangkat jarak yang harus Kami tempuh masih sekitar setengah kilometer lagi dan harus melalui jalan pedesaan yang tidak rata sehingga memberikan sensasi tersendiri bagi Kami berdua.

              Kami berdua hampir sampai ditempat PRAKERIN mungkin tinggal 5 meter saja namun mujur tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak, honda grand yang Kami tumpangi tiba-tiba saja oleng seolah ada yang menyeruduk dari belakang dan beberapa saat kemudian terdengar suara dentuman keras dibarengi dengan jatuhnya Kami berdua. Seketika itu Aku baru sadar bahwa Kami telah ditabrak. Aku bangun dari jatuhku dan kulihat Dyki masih tergeletak dibahu jalan dan juga beberapa meter dari tempat Dyki jatuh Aku melihat seorang  cewek berseragam sekolah juga jatuh tertindih mio birunya. Segera ku tolong Dyki untuk menepi dan kutidurkan Dia disebuah pos kamling dan cewek itu telah ditolong oleh teman sekolahnya. Orang-orang yang berada disekitar TKP langsung mengerumuni Kami, menolong dan menanyakan keadaanku dan Dyki. Cewek yang menabrak Kamipun pergi entah kemana bersama temannya, beruntung salah satu Karyawan perusahaan tempat Kami PRAKERIN lewat dan membawa Kami ke klinik untuk mendapat pertolongan pertama. Setelah mendapatkan pertolongan pertama bersama sang Karyawan, Ku antar Dyki pulang ke rumah karena kondisinya tidak cukup baik untuk melanjutkan PRAKERIN hari itu.

            Perjalanan pulang dari rumah Dyki, Kayawan itu menanyakan kronologis tabrakan yang terjadi, Aku ceritakan panjang lebar tentang kronologisnya dan Dia paham tentang kondisinya. Dia mengumpat ketika Ku ceritakan bahwa yang menabrak Aku dan Dyki langsung pergi setelah ditolong temannya. Aku sedikit bingung ketika Aku diantar Karyawan itu karena tidak sampai di tempat PRAKERIN justru sampai disebuah sekolah dan baru Aku paham setelah dihalaman sekolah Karyawan itu mengutarakan niatnya untuk mencari murid sekolah tersebut yang telah menabrak Dyki dan Aku. Kami berdua disambut dengan ramah oleh seorang recepsionist sekolah. Karyawan yang datang bersamaku mengutarakan niatnya datang ke sekolah itu untuk mencari murid yang telah menabrakku. Murid yang menabrak Aku dan Dyki pun muncul setelah Aku dan Karyawan itu menunggu cukup lama.

             Perdebatan terjadi cukup alot ketika Aku menceritakan semua kronologis kejadiaan padanya. Murid itu menyanggah setiap apa yang Aku katakan hingga Terucaplah dari mulut murid itu,"Sudahlah mas, sekarang mas mau minta ganti rugi berapa?". Perkataan itu hampir saja membuatku marah Dia pikir Kami ini tipikal orang yang memanfaatkan suatu masalah untuk mencari uang padahal Kami datang hanya untuk meminta dan mendengar permintaan maaf dari murid itu atas tindakannya menabrak dan langsung main pergi saja, beruntung Aku mampu meredem kemarahanku. Sayangnya Karyawan yang datang bersamaku nada suaranya berubah meninggi setelah mendengar lagi kata-kata yang keluar dari murid itu sehingga datanglah seorang Guru disusul salah seorang lagi. Kami duduk bersama dan Guru itu dengan ramah menanyakan apa yang Kami harapkan lalu Ku ceritakan bahwa Aku dan Karyawan yang datang bersamaku hanya ingin meminta dan mendengar permintaan maaf dari murid itu. Guru itu paham akan maksud Kami dan mewakili muridnya serta sekolah, Kedua Guru itu menyampaikan permintaan maaf terhadap Aku dan Dyki serta penyesalan atas tindakan muridnya, setelah itu Kami bersalaman dan menutup dengan damai masalah ini.


***
 Selama menulis kisah ini, Aku memetik pelajaran hidup bahwa "Tidak setiap masalah itu harus selesai dengan uang/materi melainkan cara yang lebih sederhana saja ada, yaitu ETIKA YANG BAIK DAN SOPAN."